Berbagi Ceria Pada Korban Kebakaran
Berbagi Ceria Pada Korban Kebakaran
Lampion-lampion merah menggelayut di atas, menarik perhatian bagi siapa saja yang memandangnya. Binatang ganas yang bisa mengeluarkan api itu pun tak mau kalah. Ia berjoged kesana kemari, jungkir balik bagaikan akrobat bahkan hingga lompat sana lompat sini seolah ingin memberikan kabar bahagia bagi siapa saja yang menontonnya. Wajah-wajah ceria tampak jelas pada orang-orang berkulit kuning langsat berbaju cheongsam di sudut jalan itu. 23 Januari 2012. Hari yang dinanti-nanti itu pun tiba. Apalagi kalau bukan hari raya imlek alias tahun baru China 2563.
23 Januari 2012 yang lalu merupakan hari bahagia bagi semua orang Tionghoa, baik orang asli Tionghoa maupun orang Indonesia keturunan Tionghoa. Tidak serta merta merupakan momentum untuk menengadahkan harapan dan cita-cita baru, tetapi juga sukacita bersilaturahmi yang dibalut dalam budaya dan tradisi. Terlebih setelah sekian lama perayaan imlek dikekang oleh pemerintah Indonesia, perayaan imlek yang baru boleh dilaksanakan ketika masa pemerintahan Gus Dur seakan membawa kabar bahagia bagi orang-orang keturunan Tionghoa di Indonesia akan pluralisme di negeri ini. Berbagai kegiatan yang tidak dilakukan pada hari-hari biasa pun turut menjadi agenda ‘spesial’ pada hari raya ini. Dimulai dari pesta kembang api, pertunjukkan barongsai, sembahyang di vihara, pertunjukkan wayang potehi, berkunjung ke sanak saudara bahkan hingga bagi-bagi angpao.
Berbicara kabar bahagia, hari Imlek tidak hanya menyisakan cerita saja bagi mereka yang berketurunan Tionghoa saja melainkan juga menyisakan ceria bagi sobat-sobat Foraja di Kertajaya, Jakarta Utara. Pasalnya pada 23 Januari 2012 yang lalu bertepatan dengan hari raya imlek, Forum Anak DKI Jakarta berbagi ceria dengan anak-anak disana melalui sebuah kegiatan berupa bakti sosial dan trauma healing.
Kronologinya pada 16 Januari 2012 yang lalu warga RW 14 Kertajaya, Jakarta Utara mengalami musibah kebakaran. Sebuah kompor meledak hingga pada akhirnya terjadi kebakaran pun tak dapat dihindarkan. Puluhan rumah hangus dimakan sang jago merah. Tingginya angka kerugian dan berpengaruhnya kondisi psikologis pada anak membuat hati nurani kami tergerak untuk peduli terhadap sesama. Akhirnya seminggu pasca kebakaran kami pun melakukan sebuah aksi : Bakti sosial + Trauma healing bagi anak-anak korban kebakaran.
Kronologinya pada 16 Januari 2012 yang lalu warga RW 14 Kertajaya, Jakarta Utara mengalami musibah kebakaran. Sebuah kompor meledak hingga pada akhirnya terjadi kebakaran pun tak dapat dihindarkan. Puluhan rumah hangus dimakan sang jago merah. Tingginya angka kerugian dan berpengaruhnya kondisi psikologis pada anak membuat hati nurani kami tergerak untuk peduli terhadap sesama. Akhirnya seminggu pasca kebakaran kami pun melakukan sebuah aksi : Bakti sosial + Trauma healing bagi anak-anak korban kebakaran.
Kami tiba di lokasi pada pukul 14.00 WIB. Mulanya kami berkunjung ke RW setempat untuk kemudian kami melakukan pendataan sumbangan. Sumbangan yang kami berikan berupa pakaian-pakaian masih layak pakai, seragam sekolah, alat-alat tulis serta kebutuhan lainnya. Selain dari teman-teman foraja, sumbangan ini juga kami dapatkan dari BPMPKB provinsi DKI Jakarta dan LPPA Muara Angke.
Simbolisasi penyerahan sumbangan oleh Didin kepada ketua RW setempat
Pendataan sudah selesai. Berikutnya adalah simbolisasi pemberian sumbangan kepada warga RW 14 Kertajaya, Jakarta Utara. Simbolisasi dilakukan oleh Piyan dan Didin yang kemudian diwakili oleh kepala RW setempat. Tak lama berselang kami berfoto bersama kemudian kami beranjak ke lokasi kebakaran.
Lokasi kebakaran yang akan kami datangi tidaklah jauh, berada di tengah-tengah rumah padat penduduk. Hanya dengan menyusuri gang-gang kecil dan hanya butuh waktu beberapa menit kami sudah bisa tiba disana. Sayangnya sempat terjadi sedikit kendala disana. Debu-debu berterbangan menerjang mata kami seolah ingin menghalangi niat kami. Namun kami tak peduli. Tak mau menjadikan itu sebagai penghalang, dengan segera kami berkumpul bersama anak-anak di sebuah tempat yang sebelumnya pernah terjadi kebakaran. Meski hanya sepetak dan tidak memiliki pintu, tempat itu masih bisa kami gunakan.
Sebelum trauma healing dimulai, kami memperkenalkan diri baik secara personal maupun tentang Forum Anak DKI kepada mereka terlebih dahulu. Kami menjelaskan kepada mereka bahwa ada lho forum anak di provinsi DKI Jakarta. Kami juga menjelaskan kepada mereka bahwa kami, forum anak DKI Jakarta adalah sekumpulan anak-anak yang berasal dari berbagai kotamadya di provinsi DKI Jakarta yang bersatu demi kepedulian kami terhadap jeritan nurani anak.
Kebakaran yang terjadi seminggu yang lalu (terhitung sejak 23 Jan 12) pasti membuat mereka merasa sedih atas musibah yang mereka alami. Tidak hanya pakaian, makanan dan kebutuhan sekolah saja yang tidak tersisa, tetapi juga tempat tinggal mereka. Bagaimana pun juga ini bisa berpengaruh terhadap kondisi psikologi dan mental mereka. Sampai-sampai dengan polosnya, seorang anak bercerita bahwa ia masih ingat bagaimana kebakaran itu terjadi. Maka tak mau berlarut-larut atas kesedihan yang menimpa mereka, kami pun berusaha membuat mereka seceria mungkin. Tidak ada lagi kata sedih. Tidak ada lagi pula kata murung. Dan untuk mengatasi hal itu yang kami pun melakukan sesuatu. Yaitu : PERMAINAN!
Keceriaan menggelayut pada wajah-wajah tak berdosa korban kebakaran Kertajaya, Jakarta Utara yang terjadi pada (16/1)
Nyanyi lagu “AKU ANAK INDONESIA” dulu yuk!
Dipandu oleh Royjay dan Tea, kami pun ‘bermain’ dengan mereka. Kami semua bertepuk tangan, membuat lingkaran besar, menirukan gerakan bahkan hingga bermain menebak ‘hewan apa yang ada di hutan’. Kami berbaur menjadi satu dengan mereka seakan-akan kami berada di posisi mereka dan merasakan apa yang mereka rasakan. Usaha kami pun tak sia-sia. Mereka yang sebelumnya bersedih kini tergantikan dengan ekspresi keriangan. Rona-rona cerah tampak terlihat jelas pada wajah-wajah lugu mereka. Mereka senang bukan main seolah lupa terhadap apa yang menimpa mereka pada seminggu yang lalu. Menakjubkan!
Foto bersama dulu ah.. angkat hadiahnya tinggi-tinggi ya teman-teman!
Tidak terasa sudah dua jam kami menghabiskan waktu bersama mereka. Ingin rasanya kami berlama-lama disana namun mentari yang sebentar lagi akan tenggelam seakan menandakan bahwa kami harus menyudahi pertemuan kami kali ini. Akhirnya acara diakhiri dengan foto bersama setelah sebelumnya secara bersama-sama kami menyanyikan lagu “Aku Anak Indonesia” dan melakukan pembagian bingkisan hadiah. Seperti yang terlihat pada gambar di atas, kami berharap keceriaan itu tetap abadi sebagaimana foto-foto itu bercerita*(NK)
terimakasih semuanya
BalasHapus